BUKU MEMBAWA PETAKA

10.47 / Diposting oleh AHLUL GHURBAH / komentar (0)

Muhammad Ihsan Zainuddin

Sekarang ini, selebritis pun berlomba-lomba untuk menjadi penggemar buku dan menunjukkan pada publik, “Wow, aku pun seorang kutu buku!” Apakah kegemaran pada buku telah menjadi semacam komoditas pengangkat gengsi manusia modern? Nampaknya itulah yang sedang terjadi. Orang-orang kemudian lebih merasa cool jika –disamping mewujud sebagai pribadi yang cosmo- juga tampil sebagai sosok ‘pemamah’ buku. Salahkah ini? Tidak juga. Setidaknya sebagai sebuah awal mereguk aneka manfaat yang tersimpan dalam lembar-lembar setiap buku. Sekali lagi, sebagai sebuah langkah awal. Dan itu berarti bahwa seharusnya para pecinta buku harus memikirkan: what the next?

Saya sendiri terus merenungkan itu. Hingga di suatu pagi, saya membuka-buka salah satu karya dai semilyar umat, Syaikh DR. Aidh Al-Qarny –yang melejit melalui La Tahzan-nya yang fenomenal- yang berjudul Hakadza Haddatsana Az-Zaman. Tepat di halaman 12 edisi asli buku itu, ia menuliskan sebuah tulisan pendek yang diberi judul, Perpustakaan Kongres. Berikut ini saya kutipkan kalimat-kalimat yang ia tuangkan di halaman itu:
“Tepat di tahun 1410 H, saya berkesempatan mengunjungi dan memasuki Perpustakaan Kongres di Washington. Di sana saya melihat ‘pegunungan’ buku dalam berbagai ilmu, ranah dan spesialisasi. Kami meminta kepada petugasnya –yang kebetulan berasal dari Mesir- untuk memberikan kami sebuah buku yang tidak terlalu terkenal. Ia pun menekan tuts komputernya, dan tidak lama kemudian ia memberitahu kami di mana letak buku itu.
Saat saya melihat ratusan ribu buku itu, saya pun tertegun. Betapa ratusan buku itu tidak mampu membimbing bangsa Amerika menuju Allah. Buku-buku itu tidak mampu menuntun mereka mengenali keagungan-Nya, dan tidak mengantar mereka menjemput cahaya-Nya. ‘Mereka mengetahui kenikmatan dunia yang zhahir, namun lalai terhadap akhirat.’
Maka jika Anda melihat seseorang memiliki sebuah perpustakaan yang besar, maka jangan merasa iri padanya hingga Anda melihat amal, keistiqamahan dan pemanfaatannya terhadap semua pengetahuan itu. Apakah buku-buku memberikan manfaat yang positif untuknya atau tidak? Menurut saya, bila seseorang hanya memiliki sebuah mushaf Al-Qur’an yang ia tadabburi dan amalkan, itu jauh lebih baik dibandingkan seseorang yang menyimpan ribuan jilid buku dan menyibukkan diri dengannya, namun sama sekali tidak memberi manfaat untuknya.
Tentu hal ini sudah dimaklumi bersama, namun sekedar mengingatkan: ‘Perumpamaan orang-orang yang dibebani Taurat namun mereka tidak mengamalkannya, itu seperti keledai yang membawa setumpuk buku.’
Seperti unta di padang sahara
Terancam mati kehausan
Padahal air terangkut di atas punggungnya.”

Wuih! Bukankah kenyataan itu seringkali terlewatkan dalam keseharian kita? Orang sering bangga dengan koleksi bukunya yang memenuhi rak-rak yang membentang hingga sudut-sudut ruang. Dan kita pun sering terkagum-kagum di depan koleksi buku orang lain yang nyaris menyentuh plafon rumahnya. Tapi sayang sekali, kita jarang menyelidik lebih jauh: berhasilkah tumpukan buku-buku itu menuntunnya ke jalan yang lurus? Bertambahkan hidayah Allah padanya setelah sekian lama ia melewati lembar demi lembar kitab-kitabnya? Kebahagiaan jiwa itu, adakah tersemai dalam hatinya?
Saya jadi teringat ungkapan Ibnu Taimiyah pada suatu ketika, “Jangan engkau memperbanyak hujjah-hujjah yang hanya memperberat hisabmu di Hari Kiamat!” Kalimat itu dikatakannya untuk siapa saja yang menyimpan ‘nafsu’ luar biasa untuk mengoleksi buku. Semakin banyak yang kita baca, semakin banyak yang kita ketahui. Dan semakin banyak yang kita ketahui, semestinya semakin banyak pula yang kita amalkan. Jadi disinilah letak persoalannya; yaitu ketika ilmu itu tidak diamalkan, maka kelak pasti akan ditanyakan di Hari Akhir. Bila demikian, bukankah buku-buku itu hanya membawa petaka buat kita. Mudah-mudahan Anda paham maksudnya…
Ah, tapi maaf beribu maaf, saya tidak bermaksud mematikan ‘nafsu’ Anda pada buku. Sama sekali tidak. ‘Nafsu’ itu sendiri tidak salah. Yang salah adalah jika ia hanya terhenti pada setakat ‘nafsu’, tapi tidak berlanjut menjadi amal. Itu saja.

Cipinang Muara, 6 Januari 2006.


Sumber : Abul Miqdad al-Madany

BACA SELANJUTNYA »» Label:

10 Kebiasaan yang Dapat Merusak Otak

09.39 / Diposting oleh AHLUL GHURBAH / komentar (0)

1 Tidak Sarapan Pagi.

Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang.

2 Makan Terlalu Banyak.
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.



3 Merokok.
Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak secara cepat, serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.

4 Mengkonsumsi gula terlalu banyak.
Konsumsi gula yang terlalu banyak akan menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak

5 Polusi Udara.
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi otak.

6 Kurang Tidur.
Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7 Menutup kepala saat tidur.
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8 Menggunakan pikiran saat sakit.
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikiran kita saat sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektifitas otak serta dapat merusak otak.

9. Kurang menstimulasi pikiran.
Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan mengkerutnya otak kita.

10. Jarang berkomunikasi.
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efisiensi otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak jadi kurang terlatih.


Suber : hyperion

BACA SELANJUTNYA »» Label:

Waspadai Kaum Liberal Memanipulasi Makna Ayat

10.34 / Diposting oleh AHLUL GHURBAH / komentar (0)

Banyak disertasi doktor bidang tafsir Al-Quran yang menafsirkan Al-Quran secara sembarangan

Hidayatullah.com--Umat Islam diimbau agar lebih berhati-hati dalam menyerap informasi yang berasal dari kaum Liberal, dalam Adian Husainipenyebaran paham Pluralisme Agama. Sebab, mereka semakin canggih dalam upaya menyesatkan umat, dengan memanipulasi ayat-ayat Al-Quran.

Demikian pernyataan Adian Husaini, MA, Ketua Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia dalam acara kuliah Dhuha di Masjid Salman ITB, Bandung kemarin.

''Mereka kutip ayat-ayat Al-Quran secara sembarangan dan diberi makna sesuai dengan kepentingan hawa nafsu mereka. Seolah-olah ayat-ayat itu membenarkan paham Pluralisme Agama,'' kata Adian Husaini.



Adian juga menyebutkan sejumlah buku, bahkan disertasi doktor bidang tafsir Al-Quran yang menafsirkan Al-Quran secara sembarangan. Dia mencontohkah, pola-pola seperti ini sudah pernah dilakukan oleh Snouck Hurgronje.

"Kalau soal pinter tentang Al-Quran, Snouck lebih pinter dari para penyebar paham Pluralisme Agama. Snouck juga dipanggil Mufti Batavia atau Syekh Islam di Tanah Jawa," ujar Adian. Jadi, kata Adian, sekarang bermunculan orang-orang yang dianggap pakar dalam Al-Quran, tetapi pendapat-pendapatnya justru melenceng dari kebenaran Islam.

''Inilah yang pernah disabdakan Rasulullah saw, bahwa beliau khawatir akan ada orang-orang munafik yang berhujjah dengan Al-Quran,'' ujarnya.

Adian yang juga kolomnis tetap www.hidayatullah.com ini menunjukkan sebuah disertasi doktor bidang tafsir Al-Quran di UIN Jakarta yang isinya justru merusak pemahaman terhadap Al-Quran.

''Jadi, cara merusak Islam pun juga semakin canggih, dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan disusun dalam bentuk disertasi doktor ilmu Al-Quran,'' kata Adian yang kemudian melanjutkan pembahasannya di Radio KLCBS Bandung.

Paham Pluralisme Agama yang telah difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) memang terus dipromosikan dengan berbagai cara. Menurut Adian, adakalanya yang menyebarkan paham Pluralisme Agama ini tidak tahu bahwa paham ini salah dan merusak agama. Tapi, adakalanya juga paham ini disebarkan secara sengaja, karena paham ini memang laku dijual kepada negara-negara Barat.

Para pendukung Pluralisme Agama juga tak henti-hentinya menyerang MUI. Padahal, paham Pluralisme Agama juga ditentang keras oleh Katolik, Kristen dan Hindu. Adian menunjukkan satu buku yang berisi daftar hitam tokoh Gereja yang diberikan sanksi oleh Vatikan karena menyebarkan paham Pluralisme Agama. Prof. Jacques Dupuis, misalnya, dicabut lisensinya sebagai teolog Katolik karena menyebarkan paham Pluralisme Agama ini. Tahun 2000, Vatikan juga mengeluarkan Dekrit Dominus Jesus yang juga mengharamkan paham Pluralisme Agama. Adian menunjukkan inkonsistensi kaum Liberal yang tidak mengecam Vatikan, sementara mereka mencaci maki MUI, karena mengeluarkan fatwa Pluralisme Agama.

Adian menunjukkan bagaimana cara kaum Pluralis Agama memanipulasi ayat-ayat Al-Quran untuk tujuan legitimasi paham tersebut. Kaum Pluralis Hindu juga mengutip Bagavat Gita untuk melegitimasi pahamnya. Kaum Pluralis Kristen mengutip Bibel. Begitu juga kaum Pluralis Agama dari kalanghan Islam juga mengutip ayat-ayat Al-Quran, hadits, dan sejarah Nabi untuk melegitimasi paham yang disebut Adian sebagai "paham syirik modern". Bisa dikatakan paham syirik, karena dia membenarkan kemusyrikan. Jadi, cara-cara seperti ini tetap saja kelihatan kacaunya.

"Meskipun dikemas dalam bentuk disertasi dan didukung oleh banyak Profesor, tetap saja salah," kata cendekiawan Islam yang produktif menulis buku ini.

Adian menunjukkan contoh, bagaimana manipulasi penafsiran terhadap ayat Al-Quran yang dipaksa-paksakan menjadi dasar paham Pluralisme Agama. Bahkan, ada yang tidak segan-segan melakukan penipuan dalam pengutipan tafsir klasik. Misalnya, biasanya mereka mengutip Tadsir al-Manar secara serampangan. Padahal, papar Adian, Rasyid Ridla dalam Tafsir al-Manar, tentang QS 2:62 dan 5:69 adalah membicarakan keselamatan Ahlul Kitab yang risalah Nabi Muhammad saw tidak sampai kepada mereka. Karena itu, mereka tidak diwajibkan beriman kepada Nabi Muhammad saw.

Sedangkan bagi Ahli Kitab yang dakwah Islam sampai kepada mereka, menurut Rasyid Ridla, maka sesuai QS 3:199, ada lima syarat untuk keselamatan mereka di akherat. Diantaranya beriman kepada Allah dengan iman yang benar, yakni iman yang tidak bercampur dengan kemusyrikan dan disertai dengan ketundukan yang mendorong untuk melakukan kebaikan serta beriman kepada Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. "Bagaimana mungkin kita mengimani Allah, bila kita tidak beriman kepada utusan-Nya Nabi Muhammad. Kita mengenal nama Allah, beribadah kepada-Nya adalah lewat Al Qur'an dan Sunnah yang dibawa Nabi Muhammad. Jadi Islam tidak mengenal paham Pluralisme Agama," ungkap Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI ini.* [nh/www.hidayatullah.com]

Sumber : www.hidayatullah.com

BACA SELANJUTNYA »» Label:

Seputar Valentine's Day

09.10 / Diposting oleh AHLUL GHURBAH / komentar (0)

Salah satu indikasi kelemahan iman, adalah tatkala seorang muslim mendukung dan mengikuti (berpar-tisipasi), atau paling minimal meridhai (merestui) pelaksanaan acara-acara ritual dan kegiatan seremonial agama lain. Apakah itu agama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha atau kepercayaan pada leluhur yang lebih sering dibahasakan dengan kata Tradisi, atau Budaya dan sebagainya.

Diantara acara “asing” yang begitu membudaya dan populer dikalangan masyarakat -termasuk di dalamnya umat Islam- adalah apa yang disebut dengan Valentine’s day. Pada setiap tanggal 14 Februari, orang-orang -utamanya para kawula muda- ramai memperingati Hari Valentine (Valentine’s day) atau biasa juga mereka sebut Hari Kasih Sayang.



Mereka memperingati hari ini dengan aneka perbuatan yang nyata-nyata dalam pandangan Islam adalah perbuatan haram. Dan mereka benar-benar hanyut dalam perangkap budaya asing yang menjijikkan itu. Dansa-dansi, berpelukan mesra antar sesama lawan jenis yang haram, ciuman, dan yang lebih fatal dari itu dapat terjadi secara “wajar” pada hari itu. Ada juga sebagian remaja yang saling memberikan kartu dengan ucapan-ucapan yang senti-mentil, memberikan hadiah (kado), dan lain-lain cara yang dapat ditempuh sebagai ungkapan kasih sayang -menurut klaim hawa nafsu mereka- Padahal sebetulnya acara ini adalah acara seremonialnya orang-orang Kristen, kalau kita berkata: “Ini khusus anak-anak muda” maka itu bisa saja benar tapi ingat: “Khusus anak-anak muda Kristen!” Dan itu wajar bagi mereka, dalam ajaran Kristen tidak ada larangan berpacaran, berdansa-dansi dan sebagainya.

Dalam Islam tidak seperti itu. Sayang sekali dan sungguh ironis, tatkala dalam kenyataan, banyak remaja-remaja Islam yang latah dan ikut-ikutan melakukan budaya sesat dan jorok, dan tidak sedikit remaja putri kita yang menjadi korban, mereka terjebak ke dalam budaya yang kemudian membuat mereka terperosok dalam kehinaan dan murka Allah ?. Begitu mudahnya para pemuda-pemudi kita meniru dan ikut-ikutan larut dalam berbagi tradisi dan kebudayan yang tidak Islami yang dipoles dengan dalih toleransi, moderni-sasi, globalisasi dan sebagainya.



Asal Usul Valentine

Bermula pada tanggal 14 Februari 269 M (1740 tahun yang silam), seorang pendeta bernama Santo Valentine harus menerima hukuman pancung dari Raja Claudus II Ghoticus, karena sang pendeta dianggap telah melanggar ketentuan imperium yang mana ia telah berani me-nikahkan sepasang remaja yang sedang asyik menjalani kisah-kasih asmara secara diam-diam. Tindakan Valentine tersebut akhirnya di ketahui oleh pihak emperior (Raja). Padahal telah ada ketentuan pada masa itu, bahwa para remaja (perjaka) dilarang untuk menikah dulu karena mereka sangat dibutuhkan untuk menjadi prajurit yang tangguh. Prajurit yang belum menikah dianggap memiliki prestasi yang baik di medan pertempuran.

Hayat Santo Valentine terputus di tangan para algojo, pada tanggal 14 Februari 269 M di Kota Cilalpine Gaul, tepatnya di jalan Flaminia. Pihak gereja lalu menobatkannya sebagai pahlawan yang telah melindungi orang yang bercinta asmara. Paus Santo Julius I membuat bangunan kehormatan untuk menghormatinya. Dan selanjutnya pada tahun 496 M, diperingati Hari wafatnya Valentine tersebut untuk pertama kali, dan ditetapkan sebagai hari kasih sayang. Pencetusnya adalah Paus Galasium I.

Peringatan Hari Kasih Sayang ini sebetulnya diilhami pula oleh kebudaya-an nenek moyang bangsa Romawi, yakni pemujaan terhadap Dewa Lupercus (dewa kesuburan, padang rumput dan hewan ternak) dan dewa Faunus (dewa alam semesta). Namun tanggal peringa-tannya 15 Februari, dilakukan setiap tahun. Pemujaan terhadap dewa tersebut dilakukan dengan penyembelihan bebe-rapa ekor kambing dan seekor anjing. Para pemuda yang mengikuti upacara dihadapkan menuju altar sembari diolesi keningnya dengan darah yang ada di pisau bekas penyembelihan hewan tadi. Selanjutnya para peserta upacara mem-buat cambuk dari kulit kambing yang telah dikorbankan tadi untuk mencam-buki wanita yang dijumpai pada saat mengelilingi bukit Falatine. Anehnya para wanita menerima cambukan dari para pemuda dengan perasaan senang hati. Mereka kaum wanita beranggapan bahwa cambukan tersebut dapat me-ngembalikan kesuburan wanita.

Pada masa Kaisar Constantine (280-337 M), seorang Kaisar yang pertama kali memeluk agama Kristen dan juga memiliki perhatian besar terhadap kehi-dupan gereja, menambahkan berbagai acara setelah upacara pemujaan terhadap dewa Luparcus dan Faunus tadi di antaranya pemberian kesempatan kepada para gadis remaja untuk menyampaikan pesan-pesan cinta mereka di sebuah jambangan besar, kemudian para pemuda menerima pesan-pesan dari remaja puteri tadi. Kemudian setelah itu mereka saling berpasang- pasangan dan berdansa sema-laman yang biasanya diakhiri dengan perzinaan.

Pada abad ke-5 M, upacara bangsa Romawi ini dimasukkan ke dalam upacara pensucian diri yang umumnya dilakukan oleh pihak gereja. Tepatnya pada tahun 494 M, Paus Galasium I yang telah merobah acara adat itu menjadi ritual gereja. Dan dua tahun setelah itu (496 M), upacara pensucian ini ditetapkan menjadi upacara Perayaan Kasih Sayang, dan tanggal peringatannya dirubah dari tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari bertepatan dengan hari digantungnya pendeta Santo Valentine. Karena itu hari Kasih Sayang disebut juga –bahkan lebih populer- dengan Hari Valentine (Valentine’s day).


Tinjauan Islam Terhadap Budaya Valentine

Dari uraian-uraian diatas, kita dapat menguraikan secara singkat, pandangan Islam terhadap acara dan budaya Valentine tersebut, melalui analisa-analisa berikut ini:
Ditinjau dari Asal Usul dan Hakekat Acara ini:
1. Hari Kasih Sayang yang berasal dari adat sebuah bangsa Kafir (Romawi) dan kemudian dijadikan acara Ritual keaga-maan orang Kristen adalah suatu kebatilan dan diantara bid’ah-bid’ah gereja yang telah merombak ajaran tauhid dan risalah Islam yang disampaikan oleh Rasul Allah, Isa Al Masih ? . Karena itu siapa yang meyakini dan menyatakan kebenaran/ kewajaran acara tersebut berarti telah kufur. Allah ? berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang penge-tahuan pada mereka karena kedengkian yang ada di antara mereka barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS. Ali Imran : 19)
2. Hari Kasih Sayang juga telah menjadi Hari Peringatan wafatnya Valentine. Dalam Islam tidak ada peringatan atas kewafatan seseorang. Dan seandainya hal ini boleh maka Rasulullah ? atau sahabat-sahabatnya lebih layak untuk kita peringati hari wafatnya, dari pada selain mereka, apatah lagi seorang pendeta yang jelas-jelas adalah pemimpin kekufuran. Ulama kita telah memaparkan bahwa tidak ada hari yang diperingati dan dirayakan dalam Islam dalam setahun kecuali dua: ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha.
3. Kasih Sayang yang dimaksud oleh mereka dalam upacara dan peringatan ini bukanlah kasih sayang dalam artian sebenarnya, bukan kasih sayang yang suci yang dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tapi Kasih Sayang yang tidak lebih dari pelampiasan hawa nafsu, yang memang sering mendominasi pikiran dan perasaan kaum remaja utamanya yang telah kehilangan identitas diri.
4. Mengikuti dan mendukung, atau paling minimal merestui/mendiamkan pe-laksanaan ritual agama lain adalah terma-suk Wala (loyalitas) kepada mereka. Dan merupakan bentuk pembenaran terhadap kebatilan dan kemungkaran. (QS. 5:51,57), (QS.3:28), (QS.60:1), (QS.5:55,56), (QS. 48:29), (QS.109:1-6).
5. Perbuatan di atas (Budaya Valentine) adalah termasuk kategori meniru-niru dan menyerupai Kaum yang lain (non Muslim) dan Rasulullah ? telah melarang dan mengingatkan kita dengan sabdanya:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari kaum itu” (HSR. Abu Daud)
6. Budaya Valentine termasuk perbuatan mengambil cara-cara beribadah atau upacara-upacara yang dianggap memiliki nilai sakral yang tidak ada ketentuannya dalam tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah ? telah menegaskan.
”Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama kami ini, sesuatu yang tidak ada tuntunannya dari kami maka ia tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Islam melarang pengkultusan. Rasulullah ? saja tidak boleh dipuji terlalu berlebih-lebihan atau dikultuskan, Valentine’s day adalah suatu sarana yang begitu efektif untuk kemudian mengkul-tuskan pendeta tersebut. Rasulullah ? bersabda yang artinya :
“Jangan kalian mengkultuskan aku sebagai-mana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam, kerena sesungguhnya aku adalah seorang hamba maka katakanlah : Hamba Allah dan Rasul-Nya” (HSR. Bukhari)
Ditinjau dari Pelaksanaan dan Realitas yang ada :
1. Upacara Valentine selalu dibarengi dengan perbuatan dansa-dansi, bercinta, berciuman dan berpelukan, dan sampai pada hubungan kelamin antara manusia yang berlainan jenis dan bukan suami istri. Ini jelas merupakan tindakan-tindakan amoral. Manusia, para remaja tidak mengenal lagi batas-batas hubu-ngan sesama manusia. Kebebasan hubu-ngan yang sangat memuakkan dan menji-jikkan. Dan jikalau demikian. Valentine adalah tidak lebih dari sebuah momen-tum dilakukannya dosa-dosa dan kemak-siatan berupa perzinaan dan segala tindakan yang merupakan wasilah dan pintu-pintu menuju perzinaan. Dan Islam telah menutup semua pintu-pintu itu .Islam mengharamkan berpacaran dalam bentuk apapun.
“Dan janganlah kamu mendekati zina sesung-guhnya zina itu suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Israa : 32).

Berkata Al ‘Allamah As Sa’di Rahimahullah dalam tafsirnya tentang ayat ini : "Pelarangan terhadap usaha
mendekati zina lebih mengena dari pada pelarangan terhadap zina sendiri, sebab pelarangan mendekatinya mencakup pelarangan terhadap segala prolog dan seluruh sebab-sebab terjadinya perzina-an. Karena siapa yang menggembalakan ternak di sekitar tanah larangan, cepat atau lambat ia akan masuk ke tanah larangan itu . Apalagi untuk perbuatan zina itu sendiri yang begitu kuat faktor-faktor penariknya pada diri banyak orang”.
2. Dalam pelaksanaan acara Valenti ne’s day banyak terjadi pemborosan dan penghamburan sumber daya yang tidak sedikit untuk hal-hal yang tidak membawa manfaat; tidak untuk maslahat duniawi apalagi maslahat ukhrawi. Dan ini terlarang dalam ajaran Islam (QS. 17 : 26-27).

Berdasarkan analisa-analisa di atas, kita dengan mudah dapat menyimpulkan bahwa Islam memandang Budaya Valentine adalah HARAM dan tidak bisa ditolerir sama sekali. Bertentangan dengan prinsip aqidah, bertentangan dengan nilai moral dan akhlaqul karimah. Karena itu tidak dibenarkan sama sekali kepada pemuda dan pemudi Islam untuk ikut-ikutan meniru, mengikuti acara dan kegiatan najis yang menjijikkan ini.

Apalagi kalau dikaitkan dengan program murtadisasi seperti tersebut di atas, maka dalam acara Valentine’s day ini ada indikasi yang sangat jelas bahwa acara tersebut adalah sebuah rekayasa kaum kuffar untuk menggiring pemuda-pemuda Islam kepada kehancuran. Dia adalah bagian dari konspirasi musuh Islam Internasional dalam rangka mema-damkan cahaya Allah ? (Dienul Islam) di atas permukaan bumi ini (QS. 2:120, 217), (QS. 8:60), (QS. 9:32).

Kita berdoa kepada Allah ? agar senantiasa ditambahkannya Ilmu Ke-Islaman kita, sehingga bertambah kuat
pulalah keimanan dan keistiqamahan kita kepada Dinul Islam yang mulia. Dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang haqiqi di dunia dan di akhirat kelak. Insya Allah.


-Muhammad Yani Abdul Karim, Lc-

Sumber : www.wahdah.or.id

BACA SELANJUTNYA »» Label:

permulaan islam

06.55 / Diposting oleh AHLUL GHURBAH / komentar (0)

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم بدأ الإسلام غريبا و سيعود غريبا كما بدأ فطوبى للغرباء
artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : " islam dimulai dengan keterasingan dan kembali menjadi asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing".

dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa orang yang terasing adalah orang yang berbuat baik ketika manusia berbuat kerusakan, atau orang yang memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia.

BACA SELANJUTNYA »» Label: